Everything is here and only for you

Thursday 1 July 2010

Lubang paling besar

Sebelum manusia menginjakan kakinya ke bulan, kita semua memuja bulan sebagai simbol keindahan yang sangat menawan, bahkan wanita cantik pun sering diasosiasikan seperti paras bulan, tapi ketika Neil Armstrong menginjakan kakinya ke bulan, persepsi itu berubah. Bulan bukan lagi tempat yang seindah yang kita bayangkan. Ternyata permukaan bulan terlihat gersang, tak ada atsmofir, tak ada air, tak ada kehidupan, dan penuh lubang sebagai hasil dari tabrakan dengan meteor. Salah satu bekas tabrakan paling dahsyat di permukaan bulan adalah lubang Aitken di kutub selatan bulan. Lubang bekas tabrakan ini berukuran lebar enam belas mil dan kedalamannya delapan mil. Lubang Aitken ini terletak di bagian selatan bulan yang merupakan lubang paling besar, paling dalam, dan paling tua yang pernah diketahui di dalam sistem tata surya kita.

Banyak ilmuwan dari berbagai negara tertarik meneliti bulan, terutama lubang ini untuk menyelidik dampak dari tabrakan ini terhadap tata surya. Selain itu, para ilmuwan juga merencanakan pendaratan ke bulan sebelum misi mendarat ke planet Mars. Ada juga kemungkinan untuk memasang radio teleskop di ujung lubang ini. Tapi yang paling menarik adalah kemungkinan diketemukannya es di lubang Aitken tersebut.

ES DI BULAN

Pernyataan bahwa ada es di bulan sepertinya adalah hal yang mustahil karena bulan tidak memiliki atsmofir. Dari permukaan tanah di bulan, hanya terlihat hamparan batu yang tidak mengandung air. Inilah rahasianya. Ledakan yang membentuk permukaan bulan itu sudah berumur sekitar 2 milyar tahun bahkan bisa lebih tua dari itu. Selain itu, pada kutub utara dan selatan bulan hampir jarang tersentuh sinar matahari dan permukaan kutubnya selalu tertutup bayangan. Artinya iklim di sana sangat dingin dengan temperatur -173 celsius.

Permukaan yang dingin akan menangkap molekul air secara acak. Molekul air mungkin berasal dari ekor komet yang melintasi bulan atau bahkan ada kemungkinan bulan pernah bertabrakan dengan komet. Kemungkinan lainnya adalah bahwa di bulan juga terdapat batu meteorit yang kaya dengan air. Sampai 10 tahun yang lalu, es di bulan hanyalah spekulasi belaka. Misi Apollo juga tak memperlihatkan kutub bulan, sampai akhirnya teori ini dapat dibuktikan saat meluncurkan peswat ulang-alik yang mendarat di bulan pada tahun 90-an.

Pada tahun 1995, radio data dari satelit Clementine menujukan bahwa di kutub selatan bulan terdapat es. Data ini didapat saat satelit ini melintas di kutub selatan bulan. Dua tahun setelah itu dari pesawat Lunar Prospektor menduga bahwa terdapat hidrogen (artinya ada kemungkinan terdapat air) di sekitar satu yard dari bawah kedua kutub bulan. Tapi di tahun 2003, radar Arecibo tidak menangkap adanya hidrogen di kedua kutub tersebut. Paul Spudis dari Universitas Johns Hopkins membantah kemungkinan itu dengan menyatakan bahwa sinyal dari radio itu bukan menunjukan adanya es di bulan tapi hanya benda padat.

Satu-satunya cara untuk membuktikan bahwa ada es atau tidak di kutub selatan bulan adalah pergi kesana secara langsung dan mencari air di sekitar permukaaan tanah. Jika tidak ada air, kemungkinan secara permanen membeku menjadi es dan terkubur di dalam pasir. Jika pun akhirnya tak ada air sama sekali di bulan, yang paling penting terdapat hidrogen di kutub bulan.

Untuk jangka panjang, sumber kekayaan alam di bulan ini menjadi penting jika manusia ingin melakukan misi ke planet Mars. Manusia dapat mendarat lebih dahulu di bulan untuk mendapatkan air dan oksigen. Dengan menggunakan tenaga matahari, air dapat diuraikan menjadi oksigen dan hidrogen. Perlu diketahui bahwa air dan oksigen adalah unsur penting untuk kehidupan.

Oleh karena itu, sangat penting melakukan penambangan air atau hidrogen di kutub bulan. Penambangan ini dapat diwujudkan jika manusia dapat menciptakan mesin robotik yang mampu menyuling secara otomatis es di permukaan bulan. Di dalam penyulingan ini, oksigen cair dan hidrogen dimasukan ke dalam tanki dan dapat digunakan sebagai bahan bakar, udara, dan air.

LUBANG BESAR

Keberadaan kutub selatan Aitken atau yang dikenal dengan ”Big bakcside basin” diketahui pada tahun 1962 saat William K Hartman dan Gerard Kupier meneliti gunung yang cukup tinggi di sekitar kutub bulan. Mereka mengira bahwa lubang ini bagian dari kawah gunung. Sisi lain dari lingkaran kawah ini difoto oleh Apolo 8 saat mengorbit mengitari bulan, tapi sayang foto itu terlihat suram.

Sepuluh tahun yang lalu, foto dari satelit Clamentine menunjukan permukaan lubang itu berbeda dengan tanah di sekitarnya dan tampak lebih gelap. Dengan menggunakan laser altimeter, diperkirakan luas lubang itu sekitar 2.600 kilometer dan kedalamannya sekitar 12 kilometer.

Setelah satelit Clamentine, Lunar Prospector (!998-1999) menunjukan tanah di lubang itu lebih banyak mengandung besi dan radioaktif daripada permukaan lainnya di bulan. Para ilmuwan sangat ingin mendapat sampel batuan dari lubang tersebut untuk menjawab beberapa umur lubang Aitken di kutub selatan bulan ini. Graham Ryder dari Lunar and Planetary Institude menduga bahwa lubang Aitken ini semuda 3 milyar tahun dan setua 4,3 milyar tahun .

MISI KE BULAN

Kepentingan ilmiah untuk meneliti bulan telah mendorong beberapa negera menciptakan satelit yang mengorbit di bulan. Smart-1 dari Eropean Space Agency (SPA) dari Eropa telah diluncurkan pada tanggal 23 September 2003 dan mendarat di bulan pada 15 november 2004. Jepang berrecana akan meluncurkan satelitnya yang bernama Selene dan Lunar A pada tahun 2006. Cina juga berrencana meluncurkan satelit yang bernama Chang’e 1 akhir 2007. Satelit India yang bernama Chandrayaan 1 rencananya akan diluncurkan pada 1 september 2007. Tak ketinggalan NASA juga akan meluncurkan satelit yang bernama Lunar Reconnaissance Orbiter pada tanggal 1 oktober 2008.

Semua satelit ini mempunyai misi khusus seperti meneliti kandungan mineral apa saja yang ada di bulan, meneliti permukaan bulan, atau yang paling penting untuk menjawab teka-teki apakah ada es di kutub bulan.
*) Tulisan ini adalah karya kawan saya seorang penulis buku dari Yogyakarta, Dadang Rusbiantoro (Alm) yang kebetulan masih tertinggal di lap top saya (secara tidak sengaja saya temukan) sesuai dengan semangatnya menulis saya ingin menuliskan dan membagikannya kepada anda sekalian setelah hampir setahun beliau wafat.



sumber

No comments:

About Us

Recent

Random