Pada bulan Mei, rekan saya *Julie mendapat tawaran bekerja di sebuah startup. Ia tahu betul bila ranah ini sangat berisiko. Sembilan dari sepuluh startup yang ada gagal, dan ini bukanlah sekali dua kali saja ia mendengar kata-kata seperti ini. Julie pun melakukan riset dengan upaya maksimal. Hasilnya, ia menemukan fakta bila startup yang memberinya tawaran telah mendapat pendanaan dalam jumlah yang menggiurkan setahun sebelumnya. Founder-nya adalah seorang bankir berpengalaman sekaligus lulusan sekolah bisnis terkemuka.
Sampai di sini, semua terdengar indah, dan ia pun bergabung sebagai kontraktor independen. Hanya tiga bulan setelahnya, tepatnya di akhir Agustus, kantor tempat Julie bekerja bangkrut. Dirinya dan tim yang tersisa akhirnya mengetahui bila perusahaan kehabisan dana, dan mereka tidak akan mendapat kompensasi apapun dari hasil kerja mereka di bulan sebelumnya.
Kejadian ini adalah mimpi buruk bagi tim yang tergabung di Abraresto, situs review restoran di Indonesia. Mereka merasa kecewa karena tidak ada komunikasi yang terbuka menjelang keluarnya keputusan ini.
Pada Senin, 4 Oktober lalu, Founder dan CEO Abraresto Ankur Mehrotra mengeluarkan sebuah pernyataan resmi ditutupnya operasional Abraresto, berbarengan dengan induk perusahaan di Singapura, Abratable.
Abraresto sendiri adalah sebuah situs yang memungkinkan pengguna memberikan penilaian terhadap restoran di Indonesia. Lain halnya dengan Abratable di Singapura yang berfokus terhadap layanan booking restoran. Kedua situs tersebut kini sudah tidak bisa diakses dan tertulis pengumuman terkait penutupan bisnis mereka.
BACA SELENGKAPNYA DI http://www.kwikku.com/adhymusaad/post/1356485
No comments:
Post a Comment